Sabtu, 04 Februari 2012

EMPING KEDIRI

EMPING MELINJO

Sentra industri terletak di Desa Mejono Kecamatan Plemahan dan sekitarnya dengan kapasitas produksi + 3.000 ton per tahun: Ds.Mejono Kec.Plemahan Sugito 562,500 Kg, Ds.Pare Kec.Pare Yayuk 130,000 Kg, Ds.Margourip Kec.Ngancar Darwanto 45,000 Kg, Ds.Setonorejo Kec.Kras - 144,000 Kg, Ds.Padangan Kec.Pagu Tomo 186,000 Kg, Ds.Sebet Kec.Plemahan - 75,600 Kg, Ds.Puhjarak Kec.Plemahan - 94,500 Kg, Ds.Bleber Kec.Kras Aziz 81,000 Kg, Ds.Mojosari Kec.Kras - 144,000 Kg

Bupati Kediri menyerahkan mesin pembuat bubuk mangga

Produk olahan mangga merk mango yang diproduksi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Tiron Makmur Dusun Sumber Bendo Desa Tiron Kec. Banyakan mulai dikenal oleh masyarakat Kediri. KWT yang dipimpin oleh Luluk ini mengolah mangga podang menjadi sari buah, keripik, dodol, manisan jelly dan leather. Produknya sudah mulai menembus beberapa swalayan di Kota Kediri.
Pemerintah Kabupaten Kediri terus berusaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dengan cara memberikan bantuan baik modal maupun alat kepada UMKM. Seperti yang dilakukan oleh Bupati Haryanti selasa kemarin (31/1). Bertempat di rumah Luluk Ketua KWT Tiron Makmur, Bupati Haryanti menyerahkan mesin pembuat bubuk mangga.
Mesin pembuat bubuk mangga ini merupakan hasil penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jatim bekerjasama dengan Universitas Brawijaya Malang. Mesin yang pembuatannya menghabiskan dana 20 juta tersebut bisa membuat bubuk mangga dengan kualitas bagus
.Bupati Haryanti yang menyerahkan mesin tersebut kepada Luluk Ketua KWT Tiron Makmur menyampaikan bahwa Pemkab Kediri terus berusaha mengembangkan UMKM yang ada, jika ada UMKM yang membutuhkan bantuan baik dana maupun alat silahkan mengajukan proposal. Selain itu Bupati Haryanti juga berpesan agar mutu dari produk olahan mangga ini harus dijaga, jangan sampai konsumen kapok untuk membeli gara-gara mutu produk yang tidak sama.
“Mangga podang yang ada sekarang merupakan hasil penanaman yang dilakukan oleh Bupati Kediri Drs.Usri Sastro Dirjo 20 tahun yang lalu, oleh karena itu perlu dilakukan penanaman lagi, khususnya di wilayah barat sungai, selain untuk penghijauan, buahnya juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.” Imbuh Haryanti.
Bupati Haryanti juga menyampaikan selamat kepada KWT Tiron Makmur, Dia berharap agar mesin yang diberikan ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin agar KWT Tiron Makmur semakin maju dan bisa menyerap tenaga kerja.

SITI RUKAYYAH, Pelestari Tenun Ikat Kediri

Ketika diperkenalkan dengan kerajinan tenun ikat Kediri, Jawa Timur, 17 tahun silam, Siti Rukayyah bersikap biasa saja. Namun, lambat laun, ia jatuh hati dan tak rela melihat warisan leluhur itu di ambang kepunahan. Dibantu suaminya, Munawar, ia berjuang mencari terobosan untuk menghidupkan kembali kerajinan yang pernah menopang perekonomian warga Kota Kediri ini.
Ada beberapa hal yang dilakukan Rukayyah untuk mengorbitkan kembali tenun ikat kediri, di antaranya menambah varian produk berbahan tenun sehingga konsumen punya pilihan lebih banyak. Sebab, sejak lama perajin tenun ikat kediri hanya memproduksi sarung. Akibatnya, saat produk sarung pabrikan menyerbu pasar dengan harga lebih murah dan motif amat variatif, sarung tenun tak mampu bersaing.
”Untuk mencuri hati konsumen, saya memproduksi tenun ikat dalam berbagai bentuk kain, tak hanya sarung. Ini supaya bisa digunakan untuk bahan baju, tas, sandal, sepatu, dan mukena,” katanya.
Inovasi lain yang dia lakukan adalah menciptakan lebih banyak varian motif tenun. Sejak 1991, awal Rukayyah menggeluti tenun ikat, sudah ratusan motif dia ciptakan. Mulai dari motif tumbuh-tumbuhan, binatang, hingga lambang Kota Kediri, sedangkan urusan pewarnaan berada di tangan Munawar.
Rukayyah juga tak jemu mengikuti sejumlah pameran industri di dalam negeri untuk memopulerkan produknya. Ia juga melakukan ”studi banding” industri tenun di Bali. Maka, industri tenun ikat yang mengandalkan tenaga manusia dan alat tenun bukan mesin (ATBM) ini mulai bangkit.
Produk tenun buah tangan warga Kelurahan Bandar Lor dan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, mulai terlihat lagi di sejumlah toko di berbagai kota besar di Tanah Air. Tenun ikat kediri mulai dicari konsumen.
Seiring dengan meningkatnya permintaan, Rukayyah mulai kewalahan melayani pesanan, walaupun dia sudah berkali-kali meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah perajin. Jumlah perajinnya 25 orang, ini belum termasuk perajin yang bekerja di rumah masing-masing. Total perajin yang membantu dia sekitar 40 orang.
Setiap hari ia memproduksi sedikitnya 15 kain tenun ikat dari benang sutra maupun non- sutra. Harga per potong kain produknya bervariasi, dari Rp 110.000 sampai jutaan rupiah.

BATIK BOLLECHES KEDIRI

Batik Bolleches adalah motif batik khas Kediri hasil kreasi Ibu Dra. Suminarwati Sundoro dari Rumah Batik Suminar Collection. Bolleches adalah kata dalam Bahasa Belanda yang artinya adalah titik. Jadi ciri khas Batik Bolleches adalah semua motif batik selalu didasari oleh latar belakang berupa titik. Motif Batik Bolleches Batik khas Kediri yang sudah diciptakan dan diterima secara luas oleh konsumen di beberapa kota di Jawa Timur adalah Motif Bambu Sakura. Beberapa motif lain adalah Motif Batik Simpang Lima, Motif Anggur, Motif Mangga Podang dan masih banyak motif yang lainnya. Gaya motif Batik Bolleches Kediri lebih banyak dipengaruhi oleh Motif Batik Pantai Utara. Motif-motifnya sama sekali tidak terikat oleh pakem-pakem yang ada, coraknya lebih bebas dan seringkali bermotifkan pola gambar natural dan tematis, sementara warnanya cenderung dekat dengan corak warna Batik Madura dengan warna-warna yang lebih berani dan eksotis

Kamis, 02 Februari 2012

GELIAT INDUSTRI KERAJINAN KEDIRI

KEDIRI – RAKYAT EDITOR
Mengawali serta berkiprah dalam bisnis pembuatan miniatur dengan menonjolkan nilai seni, maupun industri kerajinan lainnya seperti patung, souvenir dan relief. Boleh dibilang gampang – gampang susah.
Hal itu diungkapkan pelaku industri kreatif Jamran owner Omah Seni Luku Bintang artistic element design & production interior & eksterior yang memproduksi berbagai bentuk miniatur terutama yang berhubungan dengan ikon kota di Jawa Timur, dan berbagai souvenir serta cinderamata. Dikediamannya di Perum Wilis Indah II Kota Kediri.
Sejak merintis usahanya pada tahun 2006 lalu, berbagai tantangan akan tuntutan perkembangan pasar sudah berhasil dihadapinya, “Untuk mengawali usaha kreatif ini butuh tekad dan keuletan.Gampang – gampang susah, setahun dua tahun belum ada keuntungan layak, namun pada tahun ketiga baru tampak,” ujar Jamran.
Sejalan dengan waktu, kini usaha tersebut berkembang pesat dan telah merambah ke berbagai daerah di Jawa Timur. Terutama pangsa pasar diwilayah Surabaya.
Rata – rata produk yang dihasilkan dari Omah Seni Luku Bintang miliknya itu, adalah miniatur ikon kota dan berbagai bentuk patung, “Jadi yang banyak saya pasarkan itu miniatur karapan sapi, kemudian sura dan baya (ikon Kota Surabaya) dan juga patung pahlawan Surabaya. Di Blitar itu Bung Karno,” tutur Jamran yang juga dikenal sebagai satu dari sekian banyaknya seniman di Kota Kediri.
Sementara untuk berbagai hasil karya produksi Jamran lainnya adalah, patung pahlawan nasional, ikon Angkatan Laut Surabaya, miniatur angkutan tradisional, monument Jatilan di Ponorogo. Di Kediri sendiri, adalah seperangkat miniatur jaranan dan patung Dewi Songgolangit yang berada di kawasan wisata Goa Selomangleng.
Menurutnya, saat ini bahan pembuatan miniatur maupun patung dari permintaan yang ada paling banyak berbahan dasar fiber glass. Sebab bahan dari fiber glass relatif cukup murah, elastis dan gampang pengerjaannya serta proses produksinya pun tergolong cepat.